cinta sesama jenis berakhir dengan pembantaian

Terkuaknya pembantaian empat orang oleh tersangka Feri Idham Heniyansah alias Ryan, 30, warga Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang menyentakkan warga desa setempat. Mereka sama sekali tak menyangka Ryan, yang di desa tersebut akrab disapa Yansah, selama ini dikenal sebagai pemuda baik-baik.

Kendati jarang bergaul dengan sesama warga sedesanya, tapi setiap bertemu warga setempat, Ryan selalu ramah menyapa. Ryan juga dikenal rajin salat di musala dekat kediamannya. Bahkan dia pernah menjadi guru atau pengasuh di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) desa setempat.


“Anak saya pernah menjadi muridnya,” kata Susiyati, warga setempat. Beberapa warga sama sekali tidak melihat ada keganjilan pada tingkah laku Ryan selama ini maupun pada keluarganya.

Ayahnya Akhmad, 62, adalah pensiunan pegawai Pabrik Gula (PG) Djombang Baru. Sedangkan ibundanya Siyatun, 60, sehari-hari ibu rumah tangga biasa. Seperti anaknya, orangtua Ryan juga tidak banyak bergaul dengan tetangganya, meskipun hubungan tetap cukup baik.

Ryan bersama kedua orang tuanya mendiami sebuah rumah yang tergolong sederhana, didominasi warna coklat dan putih, menghadap selatan, dengan lantai keramik warna coklat pada bagian teras. Sedangkan ruang dalam berlantai plester biasa.

Sehari-hari, menurut Kepala Desa Jatiwates Makhmud SPd, Ryan hidup bersama kedua orang tuanya tadi. Kakaknya, Mulya Wasis, sudah berumah tangga dan menempati rumah di desa lain. Demikian juga dengan adiknya, Nunik, 28. “Tapi sejak April lalu, Ryan tidak kelihatan pulang. Katanya kerja keluar kota. Katanya di Jakarta,” kata Makhmud.

Saat masih di desa tersebut, kata Makhmud, Ryan atau Yansah juga sering keluar desa. Menurutnya, Ryan pernah bercerita dirinya bekerja sebagai instruktur senam di Fitness Center Marcella Jalan Gatot Subroto, Jombang. Selain itu, juga bekerja sebagai instruktur senam di Malang.
Ryan mengenyam pendidikan formal dengan memulainya di SDN II Jatiwates. Lulus SD, dirinya melanjutkan di SMPN I Tembelang. Sedangkan pendidikan menengah atas dilalui di SMAN Ploso.

Di mata Makhmud, Ryan anak yang cukup baik, sopan terhadap warga, meskipun jarang bergaul dengan warga setempat. Ryan sedikit banyak juga memberi kontribusi kepada desanya. Yakni dengan mengajar di TPQ, dan juga mengajar tari pada anak-anak di desa tersebut.

“Terutama jika hendak ada peringatan hari besar, seperti tujuh belasan, Ryan yang mengajari anak-anak sini menari, kemudian tampil pada malam perayaan peringatan agustusan itu,” ungkap Makhmud.

Karena jarang bergaul dengan warga sekitar, Ryan juga tidak punya teman akrab di desa tersebut, baik laki-laki maupun perempuan. Tapi tetangganya sering melihat Ryan membonceng teman laki-lakinya masuk rumah. Semua teman laki-laki Ryan, menurut Susiyati, bukan dari desa tersebut, karena tidak ada yang kenal.

Yang pasti, teman Ryan yang dibawa ke rumah itu rata-rata ganteng, “Bersih-bersih, ganteng-ganteng. Ya seperti Ryan sendiri,” kata Susiyati.
Para tetangga tidak pernah memperhatikan, laki-laki yang dibawa ke rumah Ryan itu menginap atau pulang, karena pintu rumahnya juga lebih sering tertutup.

Ketika dibawa polisi ke rumahnya kemarin, Ryan sempat dipertemukan dengan Irsyad. Kepada Irsyad, Ryan menyampaikan permintaan maaf karena belum bisa mengembalikan uang. Di mata warga Dusun Maijo, Irsyad adalah satu-satunya warga kampung yang bisa akrab dengan Ryan. Mereka sebelumnya memang sama-sama menjadi guru ngaji di TPQ setempat.

Namun, di balik keakrabannya itu warga memiliki pikiran buruk bahwa mereka memiliki hubungan khusus. Maklum, meski badan Ryan sangat macho karena sering latihan fitness, namun tak bisa ditutupi gaya bicaranya yang sangat kemayu.

“Naudzubillah min dzalik itu perbuatan yang sangat dilarang agama. Tapi, saya tidak menyalahkan warga kalau punya pikiran seperti itu karena Ryan memang memiliki sifat seperti itu. Saya dengannya hanya teman biasa,” ujar Irsyad, lulusan Politeknik ITS jurusan teknik mesin yang kini guru STM swasta di daerah Jombang.

Karena khawatir dituding memiliki hubungan khusus itulah, sejak 2006 Irsyad menjauhi Ryan. Bahkan, ia juga memutuskan berhenti sebagai guru mengaji agar tidak terlalu dekat lagi dengan Ryan. Irsyad lantas menikah dengan seorang gadis pada Juni 2007, dan kini telah dikaruniai seorang anak.

Selama masih berteman itu, Ryan beberapa kali pinjam uang ke koperasi simpan pinjam (KSP) dengan jaminan 3 BPKB milik Irsyad. Ryan juga pernah membeli peralatan elektronik secara kredit lewat toko Court menggunakan KTP Irsyad. Nilai utangnya sekitar Rp 7 juta tapi baru dibayar Rp 1,6 juta. (Surya)

sumber kompas dan tribun

7 tanggapan untuk “cinta sesama jenis berakhir dengan pembantaian

  1. @wong kecil
    Sekarang ini guru bukan jaminan untuk tidak melakukan tindak kejahatan. bahkan banyak guru juga justru yang merusak citra baik keluarga dan instansi dia bekerja.
    sunggu hal yg memalukan memang. dalam hal ini walau tidak ada sangkut pautnya dengan agama orang luar akan melihat ini sesuatu yg merendahkan agama pula.

Tinggalkan Balasan ke satya sembiring Batalkan balasan